Keberadaan sejarah pembangunan gampong Alue keutapang diawali sejak dari keinginan sekolompok orang untuk membangun sebuah pemukiman masyarakat yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana pemukiman yang masih sangat sederhana dengan misi dan visi masih sangat sederhana pula. Sekitar pada akhir Abad ke-18 atau sekitar tahun 1885 Masehi atau 1306 Hijriah yang diprakarsai oleh seorang ulama yang bernama Tgk. H. Harun dengan gelar Tgk. Chik Alue Keutapang. Tujuan utama kehadiran beliau adalah untuk syiar dan perjuangan fisabilillah sambil mendirikan Tempat Pengajian/Pesantren Tradisional seperti Tempat Pengajian dan Rumah Ibadah serta rujukan Kitab-kitab yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist yang kabarnya kitab tersebut beliau sendiri yang membawa pulang dari jazirah Arab. Ini merupakan tahap awal dari cikal bakal berdirinya gampong Alue Keutapang. Sedangkan nama Alue Keutapang diambil dari nama sebatang pohon yang tumbuh dengan subur yang berdekatan dengan lokasi Dayah Tradisional yang didirikan oleh Tgk. H. Harun (dulu dikenal dengan Dayah Palong) bersama dengan Tgk. Ibrahim(Tgk. Lhok ugop) yang masih hubungan keluarga dekat(sepupu), tumbuh ditepi hulu alur sungai yang membelah kawasan pemukiman Gampong Alue keutapang tepatnya disebelah timur jalan gampong menuju Uteun Bayu dan Jeulanga bagian Timur, dan sampai sekarang ini sisa-sisa dari bekas tumbuh pohon tersebut dan Balai Pengajian beliau masih dapat disaksikan langsung(sekarang ditempatkan dilokasi TPU Meunasah Blang). Selanjutnya keberadaan beliau dalam syiar agama dan pengkaderan terhadap para pejuang muslimin ternyata diketahui oleh para serdadu Belanda sebagai tempat membina para pejuang muslimin ( Mujahidin ) yang bergerilya di dalam hutan, sehingga dalam kondisi yang sangat genting atau terdesak dengan keberadaan kolonial Belanda, maka Tgk. H. Harun dengan berat hati harus hijrah ketempat pengasingan sementara di perbukitan yang bersisian dengan pingir alur hulu Kreung Meureudu, juga ikut serta beberapa orang pengikut setia beliau hingga beliau wafat ditempat tersebut sekitar tahun 1905. Sumber informasi dari ahli waris(Keuchik M. Yusuf Ali) dan tokoh masyarakat( H. Said Ali) tentang wafat beliau disebabkan oleh serangan pasukan Serdadu Marsose(tentara bayaran bentukan kolonial Belanda) disaat beliau sedang Shalat di sisi aliran pucuk krueng Meureudu disekitar lembah Gle Klek Klok atau Lhok Jok arah barat Perbukitan Blang Rawee. Selanjutnya pada awal Abad ke-19, Tgk. Ibrahim atau dengan sebutan Tgk. Lhok Ugob melanjutkan kepeminpinan pasantren yang ditinggalkan oleh Tgk. H. Harun yang tidak lain adalah Paman beliau dan selanjutnya Tgk. Lhok Ugob yang masih belia ( perkiraan umur dibawah dua puluh tahun) mengikuti jejak Tgk. H. Harun untuk memerangi keberadaan Kolonial Belanda di Bumi Serambi Mekkah terutama dalam wilayah Bandar Dua dan sekitarnya ( Meureudu hingga Samalanga) bersama dengan beberapa pejuang muslimin lainnya yang masih setia dalam misi Prang Sabilillah. Singkatnya, akhir perjalanan Tgk. Lhok Ugob hilang tanpa bekas dan tidak ada Jelak disekitar lembah aliran Krueng Lhok Ugob Glee Kumba disaat beliau selesai shalat dan istirahat sejenak ( tertidur )di bawah pohon Angsana ( Aceh : Bak Asan) dan sampai sekarang sisa sisa pohon tersebut masih ada dan tumbuh dengan subur di pinggir alur krueng Lhok Ugob dekat Irigasi Gle Kumba. Sedangkan Glee Kumba berjarak sekitar 5 km arah selatan dari gampong Alue Keutapang dan sekarang ini dilokasi tersebut dijadikan sebagai tempat Acara Keuduri Blang (Musim turun kesawah tahunan) se-kecamatan Bandar Dua dan Tempat Wisata Religius. Setelah usai Perang Dunia pertama sekitar tahun 1925 seorang tokoh perintis / Pendiri Gampong Alue Keutapang lanjutan yaitu Habib Musa yang merupakan anak dari Habib Aji (gugur di perbukitan Glee Rawee kecamatan Meurah Dua) bersama beberapa tokoh gampong Tempoe Doeloe yaitu Tgk. Imum Rakyat ( Tgk. Tulod), Beuntara Beungga dan Panglima Prang Yusuf mulai mengatur dan membuat beberapa peraturan gampong yang menyangkut dengan Hukum Adat dan Reusam yang berkaitan dengan Syariat dan pemerintahan gampong secara sederhana seperti Tata laksana pertama turun kesawah dan pembentukan petugas pengaturan/pembagian air ke sawah (Keujreun Blang) serta aturan lainnya yang berkenaan dengan sistem pemerintahan gampong baik yang menyangkut dengan sistem keamanan dan peraturan gampong (Reusam) yang sifatnya masih sangat sederhana yang tidak tertulis. Demikian tentang sejarah singkat cikal bakal berdirinya gampong dan Pemerintahan Gampong Alue Keutapang.